Sifat-Sifat Sistem Koloid
Pada dasarnya sifat
koloid dapat digolongkan berdasar sifat optik dan sifat listriknya. Yang
tergolong sifat optik, yaitu efek Tyndall dan gerak Brown. Sedang sifat listrik
meliputi elektroforesis, adsorpsi, koagulasi, koloid pelindung, dan dialisis.
1.
Efek Tyndall
Efek TyndalI merupakan
gejala penghamburan cahaya yang dijatuhkan oleh seberkas cahaya yang dijatuhkan
pada sistem koloid. Sifat koloid ini dapat digunakan untuk membedakan larutan
sejati dan sistem koloid. Pada larutan sejati tidak terjadi efek Tyndall,
sedang pada sistem koloid terjadi efek Tyndall. Gejala efek Tyndall dapat
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya berkas sinar dari proyektor film
di bioskop dan berkas cahaya Iampu mobil pada malam yang berkabut. Mengapa
langit berwarna biru? Hal ini disebabkan oleh partikel koloid di udara yang
menghamburkan cahaya matahari.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah
gerak lurus partikel-partikel koloid yang arahnya tidak menentu yang disebabkan
oleh tumbukan dari molekul-molekul medium pendispersi dengan partikel-partikel
koloid. Perhatikan Gambar berikut!\
Gerak Brown bisa
berlangsung terus karena gaya yang bekerja pada partikel itu dihasilkan terus
menerus oleh tumbukan partikel dengan partikel dan partikel dengan molekul
medium pendispersi. Hal ini menyebabkan berkurangnya efek gaya gravitasi bumi
terhadap partikel fasa dispersi. Oleh karena gaya gravitasi tidak dapat
mengatasi seluruh gaya yang timbul pada tumbukan partikel yang menyebabkan gaya
Brown itu, maka partikel koloid tidak dapat mengendap. Gerakan partikel
koloid yang tidak menentu arahnya ini pertama kali ditemukan oleh seorang
sarjana Biologi bernama Robert Brown (1773-1859).
3. Elektroforesis
Peristiwa elektroforesis
adalah peristiwa mengalirnya partikel-partikel koloid menuju elektroda,
bergeraknya partikel koloid ke dalam satu elektroda menunjukkan bahwa
partikel-partikel koloid bermuatan listrik. Gejala ini dapat diamati dengan
menggunakan alat sel elektroforesis seperti pada gambar
Dispersi koloid dimasukkan ke dalam tabung U
kemudian dicelupkan elektroda pada mulut tabung. Apabila kawat dihubungkan
dengan sumber arus listrik searah dan arus listrik mengalir lewat elektroda
positif dan negatif maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektroda.
Partikel dispersi koloid yang bermuatan negatif akan bergerak menuju elektroda
bermuatan negatif. Dengan menggunakan sel elektroforesis dapat ditentukan
muatan dari partikel koloid. Elektroforesis dapat dipakai untuk memisahkan
protein-protein dalam larutan. Muatan pada protein berbeda-beda, tergantung pH.
Dengan membuat pH larutan tertentu (misalnya dalam larutan penyangga),
pemisahan molekul-molekul protein yang berlainan jenis terjadi.
4. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa di
mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain, seperti ion H+ dan
OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi,
minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat,
dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion
pada permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik
yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya. Contoh:
Koloid Fe(OH)3 dalam air menyerap ion hidrogen (ion H+)
sehingga partikel bermuatan positif, sedangkan koloid As2S3
menyerap ion hidroksida (ion OH-) sehingga partikel bermuatan
negatif.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah
penggumpalan koloid yang disebabkan oleh penambahan elektrolit atau terjadinya
perubahan fisik melalui cara mekanik.
a. Koagulasi dengan penambahan
zat kimia/elektrolit
Ion yang efektif untuk
menggumpalkan koloid ialah ion yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid.
Contoh :
1) Koloid Fe(OH)3
dicampur dengan koloid As2S3.
2) Sol emas yang bermuatan
negatif dapat dikoagulasikan dengan NaCl,
CaCl2, atau AlCl3
3) Partikel-partikel karet dalam
lateks digumpalkan dengan penambahan
asam cuka
b. Koagulasi mekanik
Koagulasi dengan cara mekanik
dapat dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan.
Contoh :
1) Telur rebus
2) Pembuatan agar-agar
3) Pembuatan lem
Apakah kamu pernah berjalan-jalan
di sekitar muara sungai, jika pernah mungkin kamu pernah melihat daratan kecil
di tengah muara tersebut. Daratan kecil tersebut sering dinamai sebagai delta.
Delta terbentuk dari pengendapan partikel koloid, karena partikel koloid yang
bermuatan mengalami reaksi dengan muatan lawannya ketika partikel tersebut
terbawa oleh air sungai dan bertemu dengan air laut yang kaya dengan
elektrolit. Hal itu terjadi karena keberadaan ion pasangannya menyebabkan
partikel koloid berkumpul bersama akibat menghilangkannya tolakan muatan antar
partikel. Atau mungkin kamu pernah merebus telur? Telur yang berbentuk cairan
kental menggumpal ketika terkena panas, hal ini dikarenakan pemanasan atau
penambahan elektrolit dapat menyebabkan partikel koloid berkumpul bersama atau
terkoagulasi. Panas meningkatkan energi kinetik dan kecepatan tumbukan antar
molekul pada partikel koloid. Partikel tersebut memiliki kecenderungan untuk
berkumpul bersama, sehingga terbentuk gumpalan yang semakin membesar. Proses
koagulasi koloid dapat dimanfaatkan untuk proses penjernihan air. Air sungai
yang mengandung partikel koloid lumpur halus yang bermuatan negative dicampur
dengan koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif sehingga terjadi
koagulasi dan mengendap. Disamping itu ion Al3+ yang terdapat dalam
medium koloid Al(OH)3 secara langsung menetralkan muatan koloid
Lumpur. Setelah itu air dipisahkan dari endapan dengan cara disaring. Koloid
Al(OH)3 diperoleh dari hidrolisis Al3+ dari aluminium
sulfat(Al2(SO4)3 ) atau tawas aluminium.
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan daya
tarik-menarik antar partikel fase terdispersi dan medium pendispersinya, sol
dibedakan menjadi sol liofil dan sol liofob. Sol liofil adalah sol yang fase
terdispersinya mempunyai kemampuan menarik medium pendispersi. Contoh, gelatin
dalam air dan putih telur dalam air. Sol liofob adalah sol yang fase
terdispersinya tidak menarik medium pendispersi. Contoh, As2S3 dalam air, garam
sulfida dalam air, dan belerang dalam air. Perbedaan sol liofil dengan sol
liofob dapat dilihat pada tabel berikut :
7. Emulsi
Emulsi adalah sistem
koloid yang partikel terdispersi dan medium pendispersinya sama-sama cair.
Ditinjau dai segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan
nonpolar, misalnya air dan minyak.
Jika minyak kelapa dicampuran dengan air
kemudian dikocok, terjadilah campuran yang akan ,emisahkan kembali setelah
didiamkan agak lama. Untuk menstabilkan emulsi ini perlu ditambahkan zat
pengelmusi (emulgator), yaitu senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus
polar dan nonpolar sehingga ia mampu mengikat zat polar (air) dan zat nonpolar
(minyak). Misalnya, sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun
dari ”ekor” alkil yang nonpolar (larut dalam minyak) dan “kepala” ion
karboksilat yang polar (larut dalam air).
Prinsip
inilah yang menyebabkan sabun dan deterjen memiliki daya pembersih. Ketika kita
mandi dan mencuci pakaian, ekor nonpolar dari sabun menempel pada kotoran dan
kepala polarnya menempel pada air. Akibatnya, tegangan permukaaan air menjadi
berkuang, sehingga air jauh lebih mudah menarik kotoran.
Salah
satu emulsi yang kita enal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi
dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai
zat pengelusi. Jika susu menjadi masam, karena laktosa(gula susu) teroksidasi
menjadi asam laktat, kasein akan terkoagulasi dan tidak dapat lagi menstabilkan
emulsi. Akibatnya, lemak bersama kasein akan memisah dari susu.
Proses
pencernaan lemak dalam tubuh kita berlangsung melalui pembentukan emulsi. Dalam
usus selalu terkandung larutan basa yang akan bereaksi dengan sebagian kecil
lemak, membentuk semacam zat pengelmusi, yang mengelmusikan lemak sisanya,
sehingga memudahkan enzim lipase untuk mengkatalis penguraian lemak tersebut.
Dalam
bidang industry obat-obatan dan kosmetika, bentuk emulsi banyak digunakan dalam
pembuatan sebagai produk, seperti salep, cream, lotion dan minyak ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar